Ceritasek5.blogspot.com | Suaminya bernama Pak Widyo, berumur 53 tahun dan bekerja di perusahaan
minyak asing. Dari perkawinan mereka, dikaruniai 3 orang anak. Dua orang
anaknya meninggal karena kecelakaan mobil sewaktu mereka kecil,
sedangkan yang masih hidup cuma Rudi yang sudah berusia 18 tahun dan
duduk di bangku SMU. Keinginan untuk memiliki anak sudah tidak
memungkinkan lagi karena rahim Bu Ambar sudah diangkat karena adanya
gejala kanker rahim. Karenanya perhatian mereka terhadap Rudi sangatlah
berlebihan. Sejak kecil mereka selalu memanjakan Rudi dan memenuhi
semua permintaannya apapun itu. Bila Rudi masuk angin sedikit saja
mereka akan dibuatnya kalang kabut.
Kejadian diawali ketika Pak Widyo tugas meninjau ladang minyak baru di
lepas pantai. Di rumah cuma ditunggui oleh Bu Ambar, Rudi dan seorang
pembantu setengah baya Mbok Inah namanya. Seperti biasa, pada malam
hari Rudi sedang belajar untuk menghadapi Ebtanas minggu depan. Ia
tengah sibuk berkutat dengan soal-soal latihan ketika ibunya datang
membawa makanan kecil untuknya sambil menenteng majalah.
"Rud, ini ada oleh-oleh dari Bogor tadi siang untuk menemani kamu
belajar," kata ibunya sambil meletakkannya di atas meja belajar Rudi.
"Kapan Ibu datang, kok suara mobilnya tidak kedengaran," tanya Rudi sambil tetap memelototi soal-soal sulit di depannya.
"Baru saja Rud, ini ibu sudah pakai baju mandi mau mandi," jawab ibunya.
"Sambil menunggu air panasnya Ibu mau membaca majalah dulu di kamarmu,"
sambung ibunya sambil merebahkan diri di ranjang yang membelakangi
meja belajar Rudi.
"Ya, boleh saja tapi jangan sampai ketiduran nanti malah nggak jadi mandi," timpal Rudi.
Singkat cerita Rudi kemudian berkonsentrasi lagi dengan belajarnya.
Akhirnya setelah hampir 1 jam ia merasakan matanya mulai lelah, ia
memutuskan untuk tidur saja. Sewaktu Rudi beranjak dari kursinya dan
membalikkan badannya, tatapannya terpaku pada sosok tubuh montok yang
teronggok di atas ranjangnya. Rupanya karena terlalu kelelahan, ibunya
ketiduran. Posisi tidurnya tidak karuan. Tangannya telentang sementara
kakinya mengangkang lebar seperti orang yang sedang melahirkan. Baju
mandi ibunya yang panjangnya selutut nampak tersingkap sehingga paha
putih mulus ibunya bisa terlihat jelas. Rudi bingung, apakah harus
membangunkan ibunya atau menikmati pemandangan indah dan langka ini
dulu. Sebelumnya ia tidak pernah berpikiran kotor terhadap ibunya
sendiri tapi entah kenapa dan setan mana yang merasuki dirinya sehingga
ia merasakan rangsangan ketika melihat paha ibunya yang tersingkap.
Perlahan didekatinya tepian ranjang dengan hati berdebar-debar.
Diperhatikan dengan seksama tubuh ibunya yang montok dan wajahnya yang
ayu keibuan dari ujung kaki sampai ujung kepala. Rudi menyadari
ternyata ibunya sangat cantik dan menggairahkan. Kemudian dengan tangan
gemetaran diberanikannya dirinya mengelus-elus kaki ibunyna sampai ke
paha. Begitu halus, lembut dan hangat kulit ibunya ia rasakan. Ketika
menyentuh paha yang ditumbuhi bulu-bulu halus, Rudi merasakan
kehangatan yang makin terasa mengalir ke telapak tangannya. Kemaluannya
menjadi menegang keras dan membuat celananya terasa sesak dan ketat.
Jantungnya makin berdegup kencang ketika ia meneruskan belaian
tangannya makin jauh ke arah pangkal kaki yang masih tertutupi baju
mandi ibunya. Kulit tangannya merasakan hawa yang makin hangat dan
lembab ketika tangannya makin jauh menggerayangi pangkal kaki ibunya
yang bak belalang itu. Gerakannya terhenti ketika ia merasa telah
meraba bulu-bulu halus yang lebat sekali dan menyentuh gundukan daging
yang begitu lunak dan hangat. Beberapa saat ia meraba-raba gundukan
daging lunak hangat itu.
Akhirnya dengan rasa penasaran ia singkapkan baju mandi ibunya ke atas.
Sehingga kini di depan matanya teronggok bagian selangkangan dan
pinggul ibunya yang besar dan montok. Bulu-bulu halus yang sangat lebat
nampak tumbuh di sekitar anus, kemaluan sampai perut bagian bawah.
Begitu panjang-panjang dan lebatnya bulu kemaluan ibunya sampai
kemaluan ibunya agak tertutupi. Kemudian dengan tangannya ia sibakkan
bulu-bulu kemaluan di sekitar kemaluan ibunya. Sehingga kini kemaluan
ibunya nampak jelas terlihat. Gundukan daging yang memanjang membujur
di selangkangan kelihatan empuk dan menggunung berwarna agak kegelapan.
Bila diperhatikan bentuknya mirip mulut monster berkerut-kerut. Ini
pasti yang namanya labium mayora (bibir besar) seperti dalam atlas
anatomi, batin Rudi. Dari celah atas bibir monster yang besarnya
setempurung kelapa itu tampak menonjol keluara bulatan daging sebesar
kacang tanah yang berwarna kemerah-merahan. Kalau yang ini pasti yang
namanya kelentit, pikir Rudi lagi sambil mengusap-usap tonjolan liat
itu.
Kemudian jarinya ia gerakkan ke bawah menyentuh lipat-lipat daging yang
memanjang yang mirip daging pada kantong buah pelir laki-laki. Wah,
ternyata labium minora Ibu sudah memble begini, pasti karena terlalu
sering dipakai Bapak dan untuk melahirkan, batin Rudi. Hidungnya lalu
disorongkan ke muka kemaluan sebesar mangkok bakso itu. Sambil
membelai-belai bebuluan yang mengitari kemaluan ibunya itu, Rudi
menghirup-hirup aroma harum khas kemaluan yang menyengat dari kemaluan
ibunya itu. Tak puas dengan itu, ia meneruskan dengan jilatan keseluruh
sudut selangkangan ibunya. Sehingga kini kemaluan di hadapannya basah
kuyup oleh air liurnya. Dijulurkannya panjang-panjang lidahnya ke arah
klitorisk dan menggelitik bagian itu dengan ujung lidahnya. Sementara
tangan satunya berusaha melepaskan ikatan tali baju mandi, dan setelah
lepas menyingkapkan baju itu sehingga kini tubuh montok ibunya lebih
terbuka lagi. Muka Rudi sampai terbenam seluruhnya dalam kemaluan ibunya
yang sangat besar itu, ketika dengan gemas ia menempelkan mukanya ke
permukaan kemaluan ibunya agar lidahnya bisa memasuki celah bibir
monster itu. Usahanya tidak berhasil karena bibir itu terlalu tebal
menggunung sehingga ujung lidahnya hanya bisa menyapu sedikit ke dalam
saja dari celah bibir monster itu. Ia merasakan gundukan daging itu
sangat empuk, hangat dan agak lembab.
Sementara itu Bu Ambar masih tetap lelap dalam mimpinya dan tidak
menyadari sedikitpun apa yang dilakukan anak yang sangat disayanginya
terhadap dirinya. Tampaknya ia benar-benar kelelahan setelah seharian
tadi pergi keluar kota menghadiri resepsi pernikahan kerabat jauhnya.
Dengkurannya malah makin keras terdengar. Sambil tetap membenamkan
mukanya ke kemaluan besar itu, Rudi meraih payudara ibunya yang sebesar
buah kelapa dengan tangannya. Diremas-remasnya perlahan payudara
mengkal yang putih mulus itu. Rasanya hangat dan kenyal. Lalu tangannya
berpindah di sekitar puting susu gelap kemerahan yang dilingkari
bagian berwarna samar yang berdiameter lebar. Ketika tangannya
memijit-mijit puting susu itu dengan lembut, ia merasakan payudara
ibunya bertambah kencang terutama di bagian puting tersebut.
Denyutan-denyutan di celah kemaluan ibunya juga terasa oleh bibirnya.
Sementara itu dalam tidurnya ibunya terlihat bernapas dengan berat dan
mengerang perlahan seperti orang yang sedang sesak napas.
Melihat ekspresi muka ibunya yang seperti orang sedang orgasme dalam
film-film porno yang pernah ditontonnya, Rudi makin gemas. Sehingga
sambil lidahnya menggelitik klitoris ibunya, ia menusuk-nusukkan jari
tangannya ke dalam celah kemaluan itu. Makin ke dalam rasanya makin
hangat, lembab dan lunak. Ada pijitan-pijitan lembut dari lubang vagina
ibunya yang membuat jari tangannya seperti dijepit-jepit. Makin lama
lubang itu makin basah oleh cairan bening yang agak lengket, sehingga
ketika jari tangannya ditarik terlihat basah kuyup. Ibunya kini makin
keras mengerang dan terengah-engah dalam tidurnya. Rupanya ia merasakan
kenikmatan dalam mimpi, ketika kemaluan dan payudaranya dijadikan
barang mainan oleh anaknya. Pinggulnya mulai menggeliat-geliat dan
kakinya ikut menendang-nendang kasur.
Melihat tingkah ibunya yang sangat menggoda itu, Rudi tanpa banyak
berpikir lagi segera melepaskan kaos dan celananya. Sehingga kini ia
berdiri di depan tubuh bugil ibunya dengan keadaan bugil pula. Badannya
terlihat besar dan kekar serta penisnya mencuat kokoh dan besar ke
atas. Urat-urat penis itu tampak beronjolan seperti ukiran yang
mengelilingi penisnya yang berukuran panjang 20 cm dan diamerer batang 5
cm. Kepala penisnya yang sebesar bola tenis terlihat kemerah-merahan
dan mengangguk-angguk seperti terlalu besar untuk dapat disangga oleh
batang kemaluannya. Ia ingin menusukkan batang penisnya ke dalam
kemaluan ibunya, tapi ia ragu-ragu apakah lubangnya tadi cukup. Ia kini
membandingkan ujung penisnya dengan kemaluan ibunya yang sebesar
mangkuk bakso. Sepertinya bisa jika dipaksakan, pikirnya kemudian. Lalu
ia naik ke atas ranjang dan menekuk kakinya di antara kangkangan lebar
kaki ibunya. Ditempelkannya ujung penisnya ke celah mulut "monster"
yang hangat dan lunak itu. Dengan diarahkan satu tangannya ia berusaha
menusukkankan penisnya ke mulut vagina yang berwarna kemerahan setelah
sebelumnya celah bibir itu dikuakkan lebar-lebar dengan tangan satunya
lagi.
Bersambung...
Belum ada tanggapan untuk "Gairah Ibu dan Anak 1"
Posting Komentar