Ceritasek5.blogspot.com | Tiba-tiba Tante Wulan berdiri dan menyambar piyama tidurnya dan keluar
kamar begitu saja. Haaa saya hanya melongo dibuatnya kali ini apa yang
akan dibuatnya? Terdengar suara agak gaduh di luar, sepertinya ia sedang
mencari sesuatu. Kemudian saya bangun dan mengintip dari balik pintu,
rupanya ia mengambil sesuatu dari kulkas dan menyembunyikan di balik
badannya, dan melangkah ke arah saya. Ssstt ayo masuk, bisiknya dan ia
menunjukkan sesuatu tepat depan wajah saya. Haa, Tante untuk apa ketimun
itu, tanyaku heran. Aahhh aku tauu! Dasar! lalu dia memelukku dan
menjatuhkan diri bersama-sama ke atas tempat tidur setelah ia membuka
kembali piyamanya. Nih, pegang..! teryata ketimun ini sudah diberi baby
oil, licin dan basah. Sekedar informasi, ketimun itu adalah ketimun
import Cucumber Pickling Berwarna hijau tua berukuran seperti alat vital
orang dewasa. Beberapa saat kita berguling-guling di atas kasur
sampai akhirnya ia berada di bawah saya dan membimbing tangan saya untuk
memasukkan ke dalam liang senggamanya. Aaauuugghh.. teeruuss yang
dalam.. uuhzz.. yeeaaah pompa terus Roy.. ya begitu.. terus.. aahhhggh..
nikmat Roy.. puter.. puter.. yaa sodok.. sodok lagi aauuhh..
niikmaatt.. agak ke atass.. ya begitu.. ocehan Tante Wulan makin menjadi
sambil ia mengocok senjata pusakaku. Tante Wulan membalikkan badan saya
dan menduduki tugu kenikmatan yang sudah mengeras dan membimbingnya
masuk. Srruup.. amblas, tapi hanya setengahnya saja dan Tante Wulan
mulai menaikturunkan pantatnya dengan perlahan sambil berpegangan pada
lututnya. Uuuhh batangmu hangat sekali.. lebih enak punyamu sesekali ia
membenarkan letak rambutnya.
Kraak.. kraakk kraakk suara ranjangku
seakan berteriak karena menahan beban tubuhku dan tubuh Tante Wulan.
Malam itu menjadi malam yang sangat istimewa dan gaduh, suara rintihan,
erangan, kenikmatan berbaur menjadi satu seperti hendak sengaja
mempertontonkan adegan yang mencengangkan. Astaga pintu kamarku belum
ditutup, tetapi Tante Wulan sedang asyik bermain di atas tubuhku, aku
pun tak ketinggalan, menjamah, meremas buah dadanya sehingga membuat
Tante Wulan semakin liar saja. Samar-samar ada empat mata yang memandang
dari kegelapan, apakah itu cuma khayalanku yang timbul karena rasa
takut? Ah masa bodoh, selama mata itu tak menggangu acaraku.
Lalu
saya bangun tapi hanya sebatas duduk, Tante Wulan masih berada di atas
pangkuanku. Bibir kami saling bertemu dan berpagutan, saling menjilat
dan saling memompa, berpelukan. Kemudian saya bangun dan berdiri sambil
menggendong Tante Wulan agar batang kejantananku tetap menancap di liang
senggamanya, dan kunaikturunkan dengan kedua tanganku. Enaaak.. Roy..
Tante Wulan semakin memelukku dengan erat. Lalu tak kusadari kakiku
melangkah keluar sambil tetap pada posisi tadi, sampailah di ruang
tengah dan kuletakkan tubuh Tante Wulan di atas meja, tanpa kucabut
batang kemaluanku yang bersarang indah di liang sorganya.
Aku
mulai memompanya lagi, Aauugghhh lebih cepat Roy ya teruss.. begitu,
desah Tante Wulan sambil melingkarkan kedua kakinya di pantatku. Aku
mengayun dengan sekuat tenaga, meja bergetar dan pot bunga, gelas
berjatuhan akibat getaran kenikmatan yang kukeluarkan. Roy lebih
cepatt.. mau keeluarr nih.. Aku pun semakin mempercepat dorongan dan
pompaanku, Aaahhh teriakku sambil mengumpulkan tenaga yang tersisa,
mulai terasa olehku ada suatu cairan hangat yang memenuhi liang senggama
Tante Wulan dan menyelimuti seluruh batanganku, membuat seakan
berkumpul kembali tenagaku, bersamaan itu Tante Wulan bangun dan
memelukku erat sambil melumat bibirku dan tak lama kemudian aku pun
tiba-tiba merasa tergoncang hebat sambil memacu dengan gencarnya, Croot
croot.. croott crooot empat kali tembakanku, lalu lunglailah tubuh kami.
Nafasku tersengal-sengal, Tante Wulan memandangku dengan penuh rasa
bangga dan puas, lalu ia menarik dirinya dari pelukanku sambil
memberikan kecupan lembut di bibirku, dan ia melangkah menuju kamar
mandi.
Keesokan harinya, pukul 11.00 aku bangun dan aku melihat
mata kedua kakakku merah dan bengkak seperti orang habis begadang,
karena memang pertempuran semalam selesai ketika matahari mulai nampak.
Hatiku bertanya-tanya, Apakah mereka menontonku? tapi dari sikap mereka
terlihat biasa saja. Roy kenapa kamu bangunnya siang begini tak seperti
biasanya? tanya Risma curiga. Ehhh karena.. kecapean kali.. Aku pun
bingung, tetapi aku jadi malu jika menatap wajah tanteku itu, ada
perasaan bersalah tapi ia tenang dan mengusap-usap bahuku dan kepalaku
dan seperti biasanya kami melakukan aktifitas kami masing-masing, Riska
kuliah dan Risma sekolah di sebuah SMA Negeri di Jakarta, dan aku
sendiri sekolah tak jauh dari rumah.
Pukul 17.00 aku tiba di
rumah, aku menengok ke kanan dan ke kiri, sepi sekali di dalam rumah,
pintu tidak dikunci terlihat olehku pintu kamar Riska agak terbuka,
dengan berjingkat aku masuk dan mengintip. Ahhh.. baju.. rok dan celana
dalam kakakku bertebaran di lantai, lalu mataku mulai menjelajah ke
setiap sudut ruangan. Astagaaa, jantungku berdetak keras melihat Riska
tanpa busana membelakangiku sambil tangan kanannya berpegangan pada
lemari dan tangan kirinya maju mundur seperti sedang memasukkan sesuatu
ke dalam kemaluannya, hal ini membuat darah mudaku mendesir. Dia
mengerang, meringis. Kepalanya menengadah ke atas langit-langit, lalu ia
merebahkan diri ke atas kasur, sambil terus memompa sesuatu di liang
kemaluannya.
Perlahan setelah kulepas sepatuku, aku masuk dan
menutup pintu, aku tak tahan dan kukeluarkan kejantananku, tetapi sayang
ia membalikkan badannya ke arahku, terpaksa aku masuk ke dalam kolong
ranjang. Ahhh sial kataku. Aaaa jeritan Riska menyudahi kenikmatannya,
entah sudah berapa lama ia melakukan itu (martubasi dengan ketimun),
tapi tak terdengar apa-apa, semuanya menjadi sunyi, aku tak berani
keluar dari kolong dan setelah 2 jam aku mulai keluar dan memperhatikan
sekelilingku. Oh, rupanya ia telah tidur dengan mengenakan selimut.
Perlahan-lahan
kutarik selimut itu. Mataku terbelalak melihat pemandangan yang satu
ini, tubuh molek kakakku yang dihiasi dengan keringat semakin indah
kelihatannya, ia teryata lebih seksi dari Tante Wulan, payudaranya lebih
kencang, tubuhnya padat berisi. Uhh, pokoknya diatas segala-galanya
jika dibandingkan dengan Tante Wulan. Lalu kutangalkan semua pakaianku
dan kukunci pintu.
Perlahan kuhampiri tubuh kakakku yang sedang
tertidur, lalu aku menyentuh bulu-bulu tipis yang tumbuh di sekitar
kemaluannya dan kusisir dengan lidahku perlahan-lahan, sambil tanganku
menggapai-gapai buah dada milik Riska dan kuambil kembali ketimun itu
dan kumasukkan perlahan. Ehm, pantatnya agak terangkat sedikit dan
kupompa perlahan, masih tertinggal bekas cairan memeknya di ketimun yang
ia gunakan tadi. Aromanya lebih tajam dari milik Tante Wulan. Riska
tampak menggeliat-geliat sambil bergumam, Ohhh.. oohhh tangannya tak
bisa diam menjambaki rambutnya dam meremas-remas payudaranya, kupercepat
pompaanku tapi aku tidak tega dan kutarik kembali ketimun itu dan
kugantikan dengan punyaku sendiri.
Ssleeephh Ooohhh Riska merintih
panjang dan astaga membuka matanya dan kaget melihatku yang ada di atas
tubuhnya dan mendorongku, tapi tanganku lebih kuat. Rooy jangannn
tolong Roy jangan, katanya, tapi kusumpal dengan mulutku. Ia menoleh ke
kiri dan ke kanan, menghindari ciumanku dan kutahan kepalanya, kupaksa
ia untuk menerima ciumanku. Aaaihh teryata bibir Riska lebih manis dari
Tante Wulan. Aku semakin bernafsu saja. Ia terus berontak, berontak.
Semakin ia berontak, aku semakin kencang mengayun batanganku. Auuu..
uughh.. Riska menggigit bibirnya, tak kusadari bahwa setiap hentakanku
turut dibantunya dengan menggoyangkan pantatnya, membuat semakin nikmat
walau punya kakakku lebih sempit dari milik Tante Wulan, ini tak menjadi
penghalang bagiku, kali ini sepertinya ia sudah kehabisan tenaga dan
pasrah.
Roy jangan kau tumpahkan manimu di dalam ya, katanya
memelas, aku hanya menganggukkan kepala saja dan kuciumi bibirnya, ia
tidak menolak bahkan lidahnya masuk ke dalam mulutku dan ikut
menikmatinya, karena takut ketahuan yang lain aku memacunya lebih cepat
dan kulihat senyuman dari bibir kakakku. Ia melingkarkan kakinya di
pantatku agar tak terlalu kencang getaran yang ditimbulkannya. Aaaa kita
berteriak bersamaaan, dan tiba-tiba ia memelukku dan menciumi bibirku
sambil menekan pantatnya hingga terasa olehku menyentuh dinding
kemaluannya bahkan klitorisnya, dan Crooott crrooot.. untung saja aku
cepat mengeluarkan dan tertumpah mengenai wajah Riska, dan saat itu juga
ia meraih dan mengulum batanganku dan menyedot habis mani yang tersisa
di sekitar topi kepala bajaku. Terlihat juga ada lava putih mengalir
dari dalam liang senggamanya yang disertai aroma yang merangsang.
Sebetulnya aku masih ingin bercinta dengannya tapi sudah agak petang dan
karena itu aku tadi mempercepat genjotanku, dan aku mengambil bajuku
dan keluar menuju kamar mandi, beruntung ketika aku mandi, Tante Wulan
dan Risma pulang sehingga mereka tidak mengetahui apa yang sebenarnya
telah terjadi.
Tamat.
Belum ada tanggapan untuk "Tante Wulan dan Kakakku 2 "
Posting Komentar